WMO: Bumi memperlihatkan tanda krisis iklim, energi terbarukan tidak bisa ditunda

Jakarta – Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) baru-baru ini merilis laporan State of the Global Climate 2021. Lembaga itu menyebutkan bahwa kondisi laut di bumi semakin mengkhawatirkan. Sebab, lautan pada tahun 2021 semakin panas dan asam dibandingkan sebelumnya.

Hal itu kian diperparah lapisan es yang mencair, sehingga berdampak pada naiknya permukaan air laut.

Bahkan tahun 2021 menjadi tahun yang memecahkan rekor untuk tanda krisis iklim. Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas mengatakan laporan ini jadi penanda kegagalan manusia mengatasi masalah perubahan iklim. Dia juga mendorong soal energi terbarukan.

“Iklim berubah drastis di depan kita. Satu-satunya masa depan yang berkelanjutan adalah yang terbarukan. Kabar baiknya garis hidup tepat di depan kita. Angin dan matahari sudah tersedia dalam banyak kasus lebih murah daripada batu-bara dan bahan bakar fosil lain,” ujarnya Jumat (20/5).

Laporan WMO ini mengikuti laporan iklim terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang memperingatkan bahwa umat manusia harus secara drastis mengurangi emisi gas rumah kaca. Bila tidak, maka manusia akan menerima dampak perubahan iklim semakin besar di masa mendatang.

WMO menyebutkan tingkat karbon dioksida dan metana menjadi faktor yang membuat iklim di atmosfer pada tahun 2021 semakin hangat melampaui rekor sebelumnya.

Secara global, suhu rata-rata tahun lalu itu 1,11 derajat Celcius di atas rata-rata pra industri, karena dunia beberapa inci lebih dekat ke ambang batas 1,5 derajat di mana efek pemanasan diperkirakan akan menjadi drastis. Memang tahun lalu, suhu sedikit menurun dibandingkan 2020 karena efek pendinginan La Nina di wilayah Pasifik. Meski begitu, yang menjadi perhatian adalah itu masih termasuk dalam tujuh tahun terpanas.

“Hanya masalah waktu saja sebelum kita melihat rekor tahun terpanas lainnya,” kata Taalas.

Akibatnya, bumi yang sebagian besarnya adalah lautan ini menanggung beban pemanasan dan emisi. Dikatakannya, perairan menyerap sekitar 90% akumulasi panas bumi dan 23% emisi karbon dioksida dari aktivitas manusia.

“Laut juga semakin hangat lebih cepat dalam 20 tahun terakhir yang bikin pecah rekor di 2021.”

Laut juga jadi paling asam dalam setidaknya 26 ribu tahun akibat menyerap dan bereaksi dengan lebih banyak karbon dioksida di atmosfer. Adapun, laut ini pun meningkat 4,5 cm dalam satu dekade terakhir dengan peningkatan pada periode 2013-2021 lebih cepat dua kali lipat dari periode 1993-2002. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles