Jakarta – Rekomendasi dalam laporan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) tentang hutan global yang diluncurkan baru-baru ini, sejalan dengan kerja Center for International Forestry Research and World Agroforestry (CIFOR-ICRAF), demikian pernyataannya dalam media advisory, Selasa (3/5). Peluncuran laporan tersebut bertepatan dengan Kongres Kehutanan Dunia di Seoul, Korea Selatan minggu ini dari 2-6 Mei.
Direktur pelaksana CIFOR-ICRAF Robert Nasi mengatakan bahwa “walaupun laporan terbaru ini tidak mengejutkan berkaitan dengan penelitian, laporan ini merinci serangkaian tindakan yang telah lama dipromosikan oleh CIFOR-ICRAF dengan menyediakan peta jalan keuangan untuk diikuti oleh para pembuat kebijakan dan sektor swasta.”
Laporan FAO yang baru-baru ini diluncurkan tentang “Keadaan Hutan Dunia 2022” (SOFO) menyoroti bahwa menghentikan deforestasi dan memelihara hutan dapat menghindari emisi gas rumah kaca yang signifikan atau sekitar 14 persen dari pengurangan yang diperlukan hingga 2030 untuk menjaga pemanasan planet di bawah 1,5 derajat Celcius.
Studi tersebut mengatakan bahwa “pepohonan dan hutan dapat membantu dunia pulih dari pandemi COVID-19 dan gempa susulan terkaitnya, selain memerangi perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati. Perkiraan menunjukkan bahwa lebih dari setengah produk domestik bruto dunia – USD84,4 triliun atau lebih dari IDR1,2 kuintiliun pada tahun 2020 – bergantung pada jasa ekosistem, termasuk yang disediakan oleh hutan.”
CIFOR-ICRAF melakukan penelitian tentang kehutanan dan agroforestri di negara berkembang untuk menginformasikan kebijakan di seluruh Asia, Afrika, dan Amerika Latin, memiliki kantor operasional di DRC, Indonesia, Brasil, dan Peru. Ilmuwan CIFOR-ICRAF akan mempresentasikan penelitian terbaru mereka di Kongres Kehutanan Dunia minggu ini untuk membahas keadaan dan masa depan tren kehutanan dunia. Agenda lengkap acara dapat dilihat di sini.