JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam rilis tertulis, Selasa (8/3) mengatakan, dampak perubahan iklim saat ini menjadi salah satu ancaman bagi sektor pertanian karena dapat mengakibatkan penurunan produktivitas.
Alokasi fasilitasi bantuan dampak perubahan iklim tahun 2022 akan bersinergi dengan Kampung Hortikultura terutama kampung yang terkena dampak kekeringan. Menurut Kementan, pada tahun ini Ditjen Hortikultura, mengalokasikan bantuan fasilitasi dampak perubahan iklim dan bencana alam untuk luasan sekitar 210 ha.
Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengarahkan jajarannya untuk untuk meningkatkan langkah adaptasi dan mitigasi di lapangan dan mengamankan ketersediaan aneka cabai dan bawang merah. “Kami telah menyiapkan anggaran untuk alokasi bantuan terkait dampak perubahan iklim berupa pompa air, teknologi hemat air dan teknologi panen air sesuai kebutuhan wilayah setempat,” ujar Prihasto.
Upaya itu, menurutnya, bagian dari langkah preventif yang akan dilakukan Kementan untuk mengatasi perubahan iklim. Sesuai prakiraan dari BMKG, bulan Maret hingga April 2022 sudah memasuki bulan kering.
Pihaknya berharap fasilitasi bantuan ini dapat membantu petani terutama pada kondisi off season dan peningkatan indeks pertanaman khususnya cabai dan bawang merah. Plh Direktur Perlindungan Hortikultura sekaligus Koordinator Dampak Perubahan Iklim (DPI) dan Bencana Alam, Muh Agung Sunusi menambahkan, memasuki bulan kering, fasilitasi bantuan DPI sedapat mungkin segera direalisasikan. Fasilitasi bantuan DPI berupa teknologi hemat air, irigasi sprinkler, irigasi tetes, irigasi kabut. Teknologi panen air berupa embung sederhana, biopori dan fasilitasi pompa air.
“Alokasi bantuan akan menyesuaikan dengan kebutuhan kelompok tani di lapangan,” tukasnya. (Hartatik)