Kejar Target NZE, Kementerian ESDM Dorong Pemanfaatan Hidrogen

shutterstock.com

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kamis (24/2) menyatakan sedang mempertimbangkan pemanfaatan hidrogen sebagai sumber energi potensial dalam mendorong percepatan transisi energy. Hal tersebut adalah salah satu hasil pengembangan simulasi strategi jangka panjang menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 untuk tujuan untuk mendukung komitmen pembangunan rendah karbon.

Dalam rilis tertulis, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, hidrogen memiliki peran penting dalam dekarbonisasi sistem energi global dan diharapkan dapat menjadi salah satu kontributor transisi energi. Namun terdapat sejumlah tantangan dalam pemanfaatan hidrogen.

“Tantangan tersebut meliputi keekonomian hidrogen dan bagaimana membuat hidrogen mencarik secara finansial serta bermanfaat untuk masyarakat,” ujar Arifin.

Meski begitu, Kementerian ESDM akan terus mengikuti tren teknologi hidrogen serta membuka peluang untuk berkolaborasi dalam pemanfaatan hidrogen. Lebih lanjut, Arifin mengungkapkan, hidrogen dari segi pasokan masuk sebagai salah satu strategi utama Pemerintah dalam menjalankan peta jalan (roadmap) menuju netral karbon di tahun 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana menambahkan, rencana hidrogen dimanfaatkan untuk sektor industri maupun transportasi. Pemanfaatan hidrogen ini tidak menggunakan teknologi fuel cell, tetapi memakai teknologi pembakaran internal yang biasa digunakan oleh kendaraan bermotor.

Sementara itu, Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Surya Darma minggu ini mengatakan, beberapa jenis bahan bakar alternatif untuk transportasi yang lebih bersih dan hijau adalah biofuel (biodiesel dan bioethanol), dan hidrogen.

“Di beberapa negara, semua jenis bahan bakar alternatif ini telah memasuki tahap komersial dan terus berkembang, baik dari jumlah stasiun pengisian maupun dari jumlah kendaraan pengguna yang beroperasi,” ujar Surya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan data dari Badan Energi Internasional (IEA), hidrogen saat ini diproduksi sebagian besar dari bahan bakar fosil, yaitu dengan gas alam global (6%) dan batu bara global (2%).

“Tentu saja produksi hidrogen dengan cara ini akan menimbulkan emisi CO2 sekitar 830 juta ton karbondioksida per tahun.Jika ingin mengurangi emisi yang signifikan, bisa dilakukan dengan green hydrogen (hydrogen hijau),” bebernya.

Menurutnya, hidrogen hijau akan menggunakan sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, dan air untuk mengelektrolisis hidrogen dari air, menyimpan dan menggunakan hidrogen dalam sel bahan bakar untuk menghasilkan listrik bebas CO2 yang stabil, ramah lingkungan dan air panas.

Akan tetapi, menurut IEA produksi hidrogen khusus global saat ini berasal dari elektrolisis air, masih kurang dari 0,1%. Meski begitu, dengan semakin menurunnya biaya untuk energi terbarukan, khususnya dari matahari dan angin, telah memacu peningkatan minat berbagai pihak untuk memanfaatkan hidrogen elektrolitik (hijau). (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles