
JAKARTA – Realisasi subsidi energi pada Januari 2022 mencapai Rp 10 triliun atau meningkat 347,2% yeay on year (yoy) dari realisasi subsisi pada Januari 2021 sebesar Rp 2,3 triliun. Hal tersebut diungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam konferensi pers secara daring Selasa (22/2).
Lonjakan subsidi energi tersebut imbas dari kenaikan harga minyak dunia. Dikatakannya subsidi energi paling besar diberikan terhadap pembayaran subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan LPG tabung 3 kilogram, serta pembayaran kurang bayar subsidi dua komoditas tersebut pada 2020.
“Lonjakan subsidi ini tidak lepas dari kenaikan harga minyak global yang signifikan dan sebagai bentuk upaya pemerintah dalam melindungi masyarakat,” ujar Sri Mulyani.
Lebih lanjut, menurutnya, kenaikan harga energi ini menjadi tambahan beban tersendiri bagi APBN. “APBN menjadi garda atau sarana melindungi masyarakat yang luar biasa dan tentu ini menjadi beban yang cukup nyata bagi APBN,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio N Kacaribu mengatakan, dampak peningkatan harga minyak dunia terhadap APBN masih terukur. Saat ini, lanjutnya, pemerintah terus menjaga bahkan berusaha meningkatkan daya beli masyarakat.
“Kami akan memantau terus dampak harga minyak dunia ke pemberian subsidi. Sejauh ini dampaknya ke APBN masih bisa diatasi dan kami kelola APBN dengan prudent,” kata Febrio. (Hartatik)