Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa upaya pemerintah mempercepat transisi menuju energi bersih mulai menunjukkan hasil. ESDM mencatat, porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional telah mencapai 16 persen pada semester kedua 2025, meningkat dua persen dibandingkan tahun lalu.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, dalam Indonesia Energy Transition Dialogue 2025, Senin, 6 Oktober, mengungkapkan capaian ini menjadi sinyal positif, meski target 23 persen belum tercapai.
“Semester ini kita sudah mencapai 16 persen renewable energy di dalam energy mix total. Jadi memang target 23 persen belum tercapai, tetapi alhamdulillah dalam satu tahun ini naik dua digit. PR kita masih banyak untuk mencapainya,” ujar Eniya.
Menurut Eniya, target bauran EBT sebesar 23 persen kemungkinan baru akan tercapai pada 2029 atau 2030, menyesuaikan dengan kesiapan infrastruktur dan investasi nasional. Pemerintah, kata dia, kini berfokus memperkuat realisasi proyek-proyek EBT melalui dokumen perencanaan nasional, termasuk Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 milik PT PLN (Persero).
“Mulai tahun depan sebagian besar tambahan kapasitas pembangkit berasal dari energi terbarukan. Dalam RUPTL 2025–2034, ada penambahan kapasitas 42,6 gigawatt (GW) yang 71 persennya bersumber dari EBT. Jadi arahnya sudah jelas, Indonesia memang bergerak ke renewable,” jelasnya.
Sementara itu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat transformasi energi nasional. Dalam pidatonya saat penyampaian RAPBN 2026 dan Nota Keuangan, Prabowo menyatakan Indonesia menargetkan seluruh pembangkit listrik di tanah air beroperasi dengan sumber energi baru dan terbarukan dalam kurun waktu 10 tahun mendatang.
Presiden menilai langkah itu bukan mustahil, meski negara lain baru menargetkan dekarbonisasi sektor energi pada 2060. Menurutnya, APBN 2026 telah disiapkan untuk menopang transformasi tersebut, termasuk penguatan ketahanan energi dan pemberian insentif bagi proyek EBT. Dikatakannya, bahwa dukungan fiskal pemerintah sebesar Rp402,4 triliun akan difokuskan untuk pertahanan energi, subsidi, insentif perpajakan, dan pengembangan energi baru terbarukan. (Hartatik)
Foto banner: FotoIdee/shutterstock.com