IETD 2025: Jalan Indonesia penuhi komitmen iklim adalah mempercepat transisi energi, buka peluang investasi baru

Jakarta – Upaya mempercepat transisi energi kini tak hanya menjadi strategi pemenuhan komitmen iklim global, tetapi juga kunci membuka peluang investasi dan menciptakan ekonomi baru yang berkelanjutan. Demikian fokus utama dalam Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025, yang dibuka 6 Oktober 2025 di Jakarta oleh institute for Essential Services Reform (IESR) bersama Indonesia Clean Energy Forum (ICEF).

Acara yang berlangsung tiga hari ini digelar saat Indonesia tengah menapaki babak baru dalam perjalanan menuju pertumbuhan ekonomi hijau. Ketua ICEF, Prof Mari Elka Pangestu, menegaskan bahwa transisi energi bukan sekadar mengganti sumber energi fosil menjadi energi terbarukan. Lebih dari itu, ia menilai transisi energi adalah perubahan paradigma pembangunan menuju ekonomi hijau yang tangguh dan berkeadilan.

“Agar transisi energi berjalan efektif, sangat bergantung pada komitmen politik dan konsistensi kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Diperlukan pula kerangka kebijakan yang tepat, termasuk pembentukan country platform for energy transition untuk menyatukan pendanaan dan dukungan internasional,” ujar Mari dalam sambutannya.

Prof Mari juga menyoroti pentingnya reformasi subsidi energi agar memberi ruang bagi pengembangan energi bersih. Insentif fiskal dan regulasi karbon, lanjutnya, harus diperkuat melalui sistem perdagangan emisi dan pajak karbon.

“Revisi Perpres No. 98/2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon akan menjadi penentu arah baru pasar karbon di Indonesia,” katanya.

Dukungan Inggris dan arah baru diplomasi energi

Kedutaan Besar Inggris di Jakarta melalui proyek Green Energy Transition Indonesia (GETI) menyatakan dukungannya pada perjalanan Indonesia bertransisi menuju energi bersih. Matthew Downing, Chargé d’Affaires Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, menyampaikan bahwa Inggris siap menjadi mitra strategis dalam mendorong energi bersih di Indonesia.

“Kami menyambut baik ambisi besar Indonesia untuk mencapai 100% energi terbarukan dalam satu dekade mendatang. Inggris bangga dapat mendukung transisi energi Indonesia, bukan hanya sebagai mitra terpercaya, tetapi juga sebagai bagian dari kebijakan luar negeri kami,” ungkap Matthew.

Komitmen itu semakin kuat setelah pertemuan Presiden Prabowo dan Perdana Menteri Inggris pada November 2024, yang menyepakati pembentukan Kemitraan Strategis Baru dengan fokus pada isu iklim, energi, dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

“Kami menantikan penandatanganan Kemitraan Strategis ini untuk mewujudkan transisi energi yang berkeadilan, inklusif, dan ambisius,” tambahnya.

Tantangan dan kepemimpinan energi di tengah gejolak global

Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam special keynote speech di hari pertama IETD menekankan pentingnya kepemimpinan yang berani menjaga arah kebijakan jangka panjang, terutama di tengah tantangan global yang kian kompleks.

“Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, ketahanan nasional terhadap gejolak harga energi global dan perubahan rantai pasok akan sangat menentukan keberhasilan transisi energi,” ujar SBY.

Sementara itu, Fabby Tumiwa, CEO IESR, menilai percepatan transisi energi dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia. Ia menyoroti perlunya reformasi kebijakan untuk menarik minat investor yang selama satu dekade terakhir masih rendah.

“Pemerintah perlu mempercepat pengembangan energi terbarukan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satu caranya dengan restrukturisasi pasar ketenagalistrikan agar membuka akses jaringan dan memberi ruang bagi partisipasi swasta serta masyarakat,” kata Fabby.

Fabby menjabarkan, dampak ekonomi dari transisi energi akan tercermin melalui lima pilar utama. Pertama, investasi infrastruktur energi bersih — triliunan rupiah akan mengalir ke pembangkit listrik tenaga surya, angin, biomassa, dan panas bumi. Kedua, pembangunan industri manufaktur hijau — menjadikan Indonesia bagian penting rantai pasok global. Ketiga, penciptaan lapangan kerja hijau — membuka jutaan peluang baru dari teknisi hingga peneliti energi bersih. Keempat, peningkatan produktivitas dan kualitas hidup— berkurangnya polusi udara menurunkan biaya kesehatan. Kelima, ketahanan energi nasional — berkurangnya ketergantungan pada bahan bakar fosil dan penghematan devisa impor.

“Transisi energi yang cepat akan memperkuat daya saing industri nasional dan meneguhkan cita-cita Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada energi,” tegas Fabby.

IETD 2025 yang mengusung tema “Mewujudkan Transisi Energi yang Berdampak” menjadi wadah konsolidasi antara pemerintah, dunia usaha, dan komunitas internasional. Melalui forum ini, Indonesia memperlihatkan arah baru: memenuhi komitmen iklim global sekaligus membuka gerbang bagi pertumbuhan ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan. (Hartatik)

Foto banner: Ketua Indonesia Clean Energy Forum (ICEF), Prof Mari Elka Pangestu menyampaikan opening speech dalam acara Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2025, pada pembukaannya, Senin, 6 Oktober 2025 di Jakarta. Acara ini diselenggarakan oleh institute for Essential Services Reform (IESR) bersama ICEF. (Sumber: Tangkapan layar virtual conference IETD 2025)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles