Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, di tahun 2025, penggunaan BBM nonsubsidi melonjak hampir 19 persen, sementara Pertalite (RON 90) justru mengalami penurunan. Tren ini membawa dampak langsung terhadap penghematan anggaran negara hingga belasan triliun.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, saat rapat dengar pendapat dengan DPR yang disiarkan secara streaming, Rabu, 1 Oktober, menegaskan perubahan ini erat kaitannya dengan kebijakan pengetatan distribusi Pertalite. “Ada efisiensi sekitar 25 persen. Artinya, negara berhasil menghemat Rp12,6 triliun,” jelas Laode.
“Dengan sistem QR Code di SPBU Pertamina, konsumsi Pertalite bisa lebih terkendali. Masyarakat pun mulai beralih ke BBM nonsubsidi yang kualitasnya lebih baik,” ujar Laode
Hingga Juli 2025, penjualan harian Pertalite tercatat hanya 76 ribu kiloliter per hari, turun 5,1 persen dari posisi 2024 yang mencapai 81 ribu kiloliter. Sebaliknya, penjualan bensin nonsubsidi—mulai dari RON 92, RON 95, hingga RON 98—meningkat signifikan, hampir 19 persen dibandingkan tahun lalu.
Perubahan ini membuat beban kompensasi Pertalite ikut menyusut. Pemerintah hanya perlu menyiapkan Rp36,3 triliun sepanjang 2025, jauh lebih rendah dibanding Rp48,9 triliun pada 2024.
Swasta raup peluang pasar
Pertumbuhan konsumsi bensin nonsubsidi juga memberi ruang lebih luas bagi perusahaan swasta. Pertamina Patra Niaga tetap memimpin dengan proyeksi kenaikan penjualan 14 persen, namun pemain swasta seperti Shell, Vivo, ExxonMobil, AKR, dan BP justru mencatat pertumbuhan agresif hingga 91 persen, hampir dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
Untuk menjaga pasokan, pemerintah memberi izin impor BBM bagi badan usaha swasta dengan batas tambahan hingga 10 persen dari realisasi 2024. Hasilnya, impor swasta kini sudah hampir menyentuh 100 persen kuota. Pertamina sendiri masih memiliki sisa kuota impor 31 persen atau 6,81 juta kiloliter, yang juga bisa disalurkan ke SPBU swasta.
Kerja sama antara Pertamina dan badan usaha swasta pun mulai terealisasi di lapangan. Kargo BBM pertama hasil kolaborasi business-to-business (B2B) tiba pada 24 September 2025, disusul kargo kedua pada 2 Oktober 2025. Dari kerja sama ini, Pertamina sudah menyalurkan tambahan 40 ribu barel untuk SPBU swasta.
“Kita ingin win-win solution. Pasokan tetap aman, masyarakat tidak khawatir, dan iklim usaha juga sehat,” tegas Laode. (Hartatik)
Foto banner: Gambar dibuat oleh DALL-E OpenAI melalui ChatGPT (2025)