Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa pada tahun 2026, anggaran besar untuk sektor energi akan melonjak mencapai Rp21,67 triliun. Jumlah ini adalah hampir tiga kali lipat dibanding pagu awal untuk tahun tersebut sebesar Rp8,12 triliun.
Kenaikan ini diarahkan untuk mempercepat realisasi visi Presiden Prabowo Subianto, terutama dalam meningkatkan akses listrik bagi masyarakat desa. Wakil Menteri ESDM Yuliot dalam rapat kerja bersama Komisi XII DPR RI di Jakarta, Rabu, 3 September, mengatakan bahwa tambahan anggaran tersebut akan banyak difokuskan untuk program Listrik Desa (Lisdes), yang menjadi salah satu kunci dalam pemerataan pembangunan energi.
“Tambahan Rp8,55 triliun pada tahun anggaran 2026 sebagian besar akan digunakan untuk melanjutkan percepatan visi misi Bapak Presiden. Dari jumlah itu, sekitar Rp5 triliun dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur Lisdes di 1.135 lokasi,” jelas Yuliot.
Ia menambahkan bahwa anggaran ini juga akan dimanfaatkan untuk program prioritas lainnya, termasuk pembangunan jaringan gas kota, kegiatan eksplorasi migas dan batubara, serta bantuan pasang baru listrik bagi masyarakat kurang mampu.
Pada awalnya, pagu ESDM untuk 2026 hanya Rp8,12 triliun dengan komposisi Rupiah Murni (RM) Rp4,82 triliun, Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp2,69 triliun, dan Badan Layanan Umum (BLU) Rp0,61 triliun. Namun dalam pembahasan RKA-K/L, disepakati adanya penambahan signifikan hingga total Rp21,67 triliun.
Infrastruktur energi untuk masyarakat
Selain Lisdes, ESDM juga menyiapkan sejumlah program berbasis kerakyatan. Misalnya, pemberian konverter kit untuk nelayan, pembangunan jaringan gas rumah tangga (jargas), serta distribusi bantuan pasang baru listrik.
Sementara itu, sebagian dana tambahan digunakan untuk kegiatan swakelola strategis. Antara lain studi kajian migas di 10 open area, promosi penawaran wilayah kerja migas, serta eksplorasi mineral dan batubara dengan target rekomendasi masing-masing di 9 hingga 10 lokasi.
Komisi XII DPR RI menyatakan dukungannya terhadap tambahan anggaran ini. Menurut Yuliot, peningkatan anggaran ESDM harus benar-benar diarahkan untuk menutup kesenjangan elektrifikasi yang masih dialami desa-desa di wilayah terpencil.
“Rasio elektrifikasi memang sudah tinggi, tetapi masih ada masyarakat yang belum menikmati listrik. Program Lisdes harus memastikan mereka tidak tertinggal dalam pembangunan energi nasional,” ujarnya.
Visi Presiden Prabowo menekankan pada ketersediaan energi merata, terjangkau, dan berkelanjutan. Melalui program Lisdes, pemerintah berharap rasio elektrifikasi dapat mendekati 100 persen pada 2026. (Hartatik)
Foto banner: shutterstock