Jakarta – Ketika para negosiator iklim global bersiap untuk pertemuan UNFCCC Subsidiary Body (SB 62) di Bonn, minggu depan, kekhawatiran memuncak atas tertundanya penyerahan Kontribusi yang Diniatkan Secara Nasional (NDC) yang telah diperbaharui dari para penghasil emisi, termasuk Uni Eropa, Cina dan India.
“Kami masih menunggu negara-negara penghasil emisi besar untuk menyerahkan rencana iklim nasional mereka,” ujar Catherine Abreu, Direktur International Climate Politics Hub (ICPH), kepada media pada hari Kamis, 12 Juni. “Uni Eropa harus segera menyampaikannya – negara-negara lain sedang menunggu untuk mengukur ambisinya sebelum menyampaikan ambisi mereka.”
NDC 2035 Uni Eropa terkait dengan perselisihan internal mengenai target emisi 2040, yang mungkin baru akan diselesaikan pada bulan Juli. Sementara itu, Cina dan India masih bungkam dalam pembaruan NDC mereka, yang semakin menunda momentum global. Abreu memperingatkan bahwa kualitas dari rencana-rencana tersebut, lebih dari sekadar jadwal, akan menentukan efektivitas implementasi dan kredibilitas aksi iklim.
Pola lama Cina yang “janji rendah, dan melaporkan kelebihan” menyisakan ketidakpastian mengenai apakah Tiongkok akan menargetkan pengurangan emisi sebesar 30% yang diperlukan untuk mencapai target netralitas karbon di tahun 2060. Di sisi lain, India cenderung memprioritaskan adaptasi daripada mitigasi, dengan alasan kurangnya pendanaan iklim sebagai penghalang yang terus berlanjut.
Julius Mbatia, Manajer Program Keadilan Iklim di ACT Alliance, menggarisbawahi bahwa pendanaan tetap menjadi kunci utama. “Pemerintah akan memberi tahu bahwa perubahan iklim sedang terjadi sekarang, tidak akan menunggu pendanaan,” katanya. “Beberapa negara harus menganggarkan sebagian besar PDB mereka untuk menyelesaikan krisis yang tidak mereka sebabkan.”
Negara-negara berkembang semakin menuntut adanya peta jalan pembiayaan yang jelas, termasuk mekanisme yang tidak menimbulkan utang untuk menutup kesenjangan antara aliran dana yang ada saat ini dengan target tahunan sebesar 1,3 triliun dolar AS yang ingin dicapai hingga tahun 2030. Tanpa hal tersebut, Mbatia memperingatkan, ambisi dalam NDC yang akan datang akan goyah.
Dengan waktu lebih dari 150 hari hingga COP30 di Belem, perundingan Bonn diharapkan dapat menentukan arah ambisi iklim, terutama karena Brasil, yang akan menjabat sebagai Presidensi COP berikutnya, mendorong adanya koherensi dan “titik temu yang sama.” Para pengamat berharap bahwa Bonn akan menghasilkan lebih dari sekadar proses – Bonn harus memberikan kemauan politik yang diperlukan.
Abreu mengatakan bahwa “Kita membutuhkan NDC yang berkualitas yang membuka jalan untuk implementasi nyata. Penundaan akan membahayakan masa depan planet ini.” (nsh)
Foto banner: Amira Grotendiek. 11 Juni 2024/UNFCCC