PLTS akan ungguli PLTA, sumbang 17,1 GW listrik nasional

Jakarta – Arah transformasi energi Indonesia lewat Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 menempatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai kontributor utama dalam penambahan kapasitas pembangkit listrik nasional. Dalam rencana tersebut, PLTS akan menyumbang hingga 17,1 gigawatt (GW), menjadikannya sebagai sumber energi baru dan terbarukan (EBT) terbesar, mengungguli Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang akan menyumbang 11,7 GW selama periode tersebut.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam keterangan pers, Senin, 9 Juni, menyatakan bahwa pengembangan EBT dalam RUPTL kali ini dirancang lebih merata dan terarah, dengan mempertimbangkan potensi lokal di setiap wilayah Indonesia. Menurutnya, Indonesia memiliki sumber daya EBT yang besar, tersebar dari Sumatra hingga Papua. Oleh karena itu, pendekatan pembangunan kelistrikan nasional tidak bisa lagi mengandalkan satu jenis pembangkit dominan, melainkan harus berbasis kekuatan lokal masing-masing daerah.

“Indonesia memiliki potensi EBT yang besar, tersebar, dan beragam. Karena itu, pengembangan kami pastikan sesuai potensi lokal dan kebutuhan wilayah. Dari Sumatra sampai Papua, semuanya kita dorong tumbuh dengan energi bersih,” ujar Bahlil.

Dominasi PLTS paling mencolok terjadi di kawasan Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), di mana kapasitas tambahan pembangkit EBT mencapai 19,6 GW. Dari jumlah itu, PLTS menyumbang lebih dari separuhnya, yaitu sebesar 10.932 megawatt (MW). Wilayah ini juga akan mengembangkan pembangkit lainnya seperti Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebesar 5.377 MW, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sebesar 2.503 MW, PLTA dan mini hidro sebesar 432 MW, serta bioenergi sebesar 399 MW.

Sementara itu, kawasan timur Indonesia—termasuk Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara—akan mendapatkan tambahan kapasitas sebesar 2,3 GW. Meskipun skalanya lebih kecil dibanding wilayah barat, Bahlil menekankan pentingnya proyek-proyek ini untuk meningkatkan rasio elektrifikasi dan keadilan energi di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). PLTS tetap mendominasi dengan kapasitas 1.470 MW, disusul PLTP sebesar 332 MW, PLTA dan mini hidro sebesar 179 MW, bioenergi sebesar 141 MW, PLTB sebesar 140 MW, serta Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL) sebesar 40 MW.

Di sisi lain, daerah dengan potensi aliran sungai besar seperti Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi lebih banyak mengembangkan PLTA sebagai tulang punggung EBT mereka. Di Sumatra, pemerintah menargetkan tambahan pembangkit EBT sebesar 9,5 GW. Dari jumlah itu, kapasitas PLTA dan mini hidro mencapai 4.940 MW, disusul PLTP sebesar 2.017 MW, PLTS sebesar 1.606 MW, PLTB sebesar 590 MW, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebesar 250 MW, serta bioenergi sebesar 78 MW.

Kalimantan menyusul dengan rencana penambahan pembangkit EBT sebesar 3,5 GW. Komposisinya meliputi PLTA dan mini hidro sebesar 1.533 MW dan PLTS sebesar 1.524 MW, serta pengembangan PLTN sebesar 250 MW, bioenergi sebesar 80 MW, dan PLTB sebesar 70 MW. Sementara itu, di Sulawesi akan dibangun kapasitas EBT sebesar 7,7 GW, yang terdiri dari PLTA sebesar 4.606 MW, PLTS sebesar 1.530 MW, PLTB sebesar 1.010 MW, PLTP sebesar 305 MW, dan bioenergi sebesar 236 MW.

Untuk menopang keandalan sistem kelistrikan berbasis EBT, yang pada dasarnya bersifat intermiten dan sangat bergantung pada kondisi alam, pemerintah juga menyertakan sistem penyimpanan energi dalam RUPTL kali ini. Total kapasitas penyimpanan yang direncanakan mencapai 10,3 GW, yang terdiri dari pembangkit listrik tenaga air sistem pumped storage sebesar 6 GW dan sistem penyimpanan energi baterai (Battery Energy Storage System/BESS) sebesar 4,3 GW.

Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan kesiapan perseroan dalam menjalankan RUPTL terbaru yang lebih rinci dan terarah. Menurutnya, dokumen ini tidak hanya menampilkan angka-angka tambahan kapasitas, tetapi juga mencantumkan lokasi, kabupaten, hingga waktu pembangunan secara spesifik.

“Kalau dulu hasil RUPTL tidak menjelaskan lokasinya di mana, kapan akan dibangun, dan bagaimana eksekusinya. Sekarang semuanya sudah jelas dan terperinci. Dengan begini, kami optimistis bisa memperkuat keandalan listrik nasional sekaligus mendorong pemanfaatan energi lokal untuk mewujudkan swasembada energi,” ujarnya. (Hartatik)

Foto banner: Gambar dibuat menggunakan OpenAI DALL·E via ChatGPT (2024)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles