Jakarta – Banjir bandang dahsyat yang melanda Kampung Jim di Distrik Catubouw, Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat, telah menelan 15 korban jiwa dan empat orang masih dinyatakan hilang, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Jumat, 23 Mei.
Bencana ini terjadi pada malam hari Jumat, 16 Mei, setelah hujan deras selama hampir tujuh jam yang dimulai pada pukul 13.00 waktu setempat. Air yang deras menyapu sebuah kamp penambangan emas sementara, menghanyutkan tenda-tenda dan peralatan. Tim pencari telah bekerja tanpa lelah di medan yang berbahaya untuk menemukan para korban, dan mayat-mayat ditemukan dalam beberapa hari. Satu korban ditemukan pada tanggal 18 Mei, lima korban pada tanggal 19 Mei, tiga korban pada tanggal 20 Mei, dan lima korban lainnya pada tanggal 21 Mei.
Dari 15 korban meninggal dunia yang telah dikonfirmasi, delapan korban telah teridentifikasi, sementara tujuh korban lainnya masih dalam proses identifikasi. Para korban telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk penanganan lebih lanjut. Satu orang yang sebelumnya dilaporkan hilang, seorang pria berusia 25 tahun bernama Erik, ditemukan dalam keadaan selamat dan saat ini berada di Kampung Kenyum.
Operasi pencarian dan pemulihan dipimpin oleh BPBD, Basarnas, TNI/POLRI, dan masyarakat setempat, namun upaya tersebut terhambat oleh faktor lingkungan yang ekstrem. Tim penyelamat harus menghadapi medan yang curam, cuaca buruk, arus sungai yang deras, serta terbatasnya akses ke alat berat dan alat komunikasi. Suhu malam hari yang membeku semakin memperumit misi ini, memengaruhi kesehatan dan stamina personel di lapangan.
Tim darurat telah mengidentifikasi beberapa kebutuhan logistik yang sangat penting untuk mendukung operasi pencarian dan pemulihan yang sedang berlangsung.
Cuaca memburuk di seluruh Indonesia
Dalam update bencana umum hari Jumat, 23 Mei, BNPB melaporkan berlanjutnya banjir dan angin kencang di beberapa provinsi. Di Barito Selatan, Kalimantan Tengah, banjir berdampak pada lebih dari 6.900 penduduk di enam desa. Dipicu oleh hujan lebat dan kiriman air dari hulu sungai Murung Raya dan Barito Utara, banjir merendam lebih dari 1.200 rumah, merusak fasilitas umum, dan mengganggu pertanian seluas 720 hektar. Ketinggian air mencapai hingga 103 sentimeter, meskipun kondisinya sudah mulai membaik.
Hujan deras dan angin kencang menghantam Desa Belilik di Bangka Belitung, merusak 14 rumah. Tim tanggap darurat menyediakan terpal darurat dan memulai perbaikan. Di Klaten, Jawa Tengah, banjir berdampak pada 54 rumah tangga di tujuh desa, yang menyebabkan kerusakan properti dan empat orang terpaksa mengungsi. Para pejabat setempat sedang melakukan pembersihan dan pemeliharaan saluran air, dan pemerintah provinsi telah memperpanjang status siaga bencana hingga 31 Mei 2025.
BNPB terus memperingatkan bahwa risiko cuaca ekstrem masih akan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan. “Dengan musim hujan yang masih membawa bahaya yang tidak dapat diprediksi, kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, mengikuti perkembangan cuaca resmi, dan melaporkan keadaan darurat dengan segera,” ujar Abdul Muhari, Ph.D., Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana BNPB. (nsh)
Foto banner: BPBD Kabupaten Bangka Tengah melakukan asesmen serta menyerahkan bantuan kepada warga terdampak di Desa Belilik, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, pada Kamis (22/5). (Sumber foto : BPBD Kabupaten Bangka Tengah.)