IESR: 61% potensi EBT 205,9 GW tawarkan tingkat pengembalian investasi di atas 10%

Jakarta – Studi terbaru yang dilakukan oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan bahwa dari potensi teknis energi terbarukan Indonesia yang mencapai lebih dari 3.700 GW, terdapat 333 GW proyek yang bisa dikembangkan dengan model investasi yang layak. Lebih menarik lagi, sekitar 205,9 GW atau 61 persen dari total potensi tersebut—memiliki tingkat pengembalian investasi (EIRR) di atas 10 persen, menandakan prospek ekonomi yang menjanjikan bagi sektor energi terbarukan.

Manajer Program Transformasi Sistem Energi IESR, Deon Arinaldo, dalam diskusi bersama media berjudul Editorial Forum: Meningkatkan Optimisme PLTS dan PLTB Sebagai Tulang Punggung Transisi Energi di Indonesia, Selasa, 25 Maret, menjelaskan bahwa analisis tersebut dilakukan dengan mengacu pada regulasi tarif yang berlaku seperti Perpres No. 112/2022 serta ketersediaan infrastruktur jaringan listrik, mulai dari gardu induk hingga transmisi.

“Temuan kami menunjukkan bahwa, meskipun Indonesia memiliki potensi besar, realisasi pemanfaatan energi terbarukan, khususnya PLTS dan PLTB, masih jauh dari optimal. Namun, data ini juga membuka peluang untuk bergerak lebih cepat dalam mengembangkan proyek-proyek tersebut,” ujar Deon.

Dalam studi yang berjudul Unlocking Indonesia’s Renewable Future, IESR mengidentifikasi bahwa 333 GW potensi tersebut terdiri dari PLTB daratan (167 GW), PLTS ground-mounted (165,9 GW), dan PLTM (0,7 GW) dari sekitar 1.500 lokasi potensial. Koordinator Riset Kelompok Data dan Pemodelan IESR, Pintoko Aji, menambahkan, “Dari total itu, 205,9 GW layak secara finansial dengan EIRR di atas 10 persen. Ini menandakan bahwa investasi di sektor energi terbarukan tidak hanya layak secara teknis, tetapi juga menguntungkan secara ekonomi.”

Herman Darnel Ibrahim, Ketua Pakar Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), menegaskan bahwa pengembangan energi surya merupakan pilar utama untuk masa depan energi Indonesia, terutama mengingat kematangan teknologi dan daya saingnya dibandingkan pembangkit tenaga nuklir maupun gas.

“Energi surya sudah menunjukkan prospek yang sangat menjanjikan, terutama jika kita mengoptimalkan infrastruktur pendukung seperti jaringan listrik dan sistem distribusi,” ujar Herman.

Studi IESR ini menjadi acuan penting bagi para pengambil kebijakan dan investor untuk mempercepat pembangunan proyek energi terbarukan di Indonesia. IESR mendorong agar pemerintah mengakomodasi alokasi lahan dan menyederhanakan proses pengadaan untuk meminimalkan risiko investasi, serta menetapkan target spesifik per daerah. Data ini diharapkan dapat mendorong integrasi lokasi dengan potensi keuntungan tinggi, sehingga dapat meningkatkan percepatan transisi energi nasional.

Dengan dukungan kebijakan dan investasi yang tepat, potensi 205,9 GW yang layak secara finansial ini diyakini dapat menjadi tonggak pencapaian target energi terbarukan Indonesia, serta mendukung upaya pengurangan emisi gas rumah kaca sejalan dengan komitmen global. (Hartatik)

Foto banner: Gambar dibuat menggunakan OpenAI DALL·E via ChatGPT (2024)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles