Perubahan iklim dan eksploitasi mengancam lukisan gua kuno di Sulawesi

Menteri Kebudayaan Fadli Zon berbicara di depan anggota Jakarta Foreign Correspondents Club di Museum Nasional, Jakarta, 10 Februari. (nsh)

Jakarta – Perubahan iklim dan eksplorasi batu kapur di dekatnya mengancam lukisan gua berusia 51.200 tahun di Sulawesi, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan kepada media pada hari Senin, 10 Februari.

“Sebenarnya, tantangan terbesar adalah dari pabrik semen, karena mereka mengeksploitasi (batu kapur) sangat dekat dengan situs (gua kuno). Ketika saya berada di sana beberapa minggu yang lalu, saya mendengar (suara) seperti bom di dekatnya… Kami menyurati pihak berwenang setempat untuk tidak melakukan eksploitasi semacam ini di dekat situs warisan budaya,” katanya.

Pada bulan Juli 2024, para peneliti mengumumkan penemuan lukisan gua di Leang Karampuang, yang terletak di wilayah Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan, Indonesia. Hasil penelitian ini dipublikasikan di Jurnal Nature pada tanggal 3 Juli 2024. Lukisan yang berusia setidaknya 51.200 tahun yang lalu ini, diukir dengan menggunakan teknik laser ablasi uranium (LA-U-series) yang canggih oleh Adhi Agus Oktaviana dan tim dari Southern Cross University, Australia. Lukisan tersebut saat ini merupakan seni naratif tertua yang diketahui di dunia. Lukisan ini menggambarkan tiga sosok mirip manusia yang berinteraksi dengan seekor babi hutan, yang menunjukkan bentuk awal dari penceritaan melalui seni.

Ia mengatakan bahwa perubahan iklim juga menjadi tantangan tersendiri bagi lukisan gua kuno. “Tantangannya adalah lukisan-lukisan itu memudar karena perubahan iklim. Sangat sulit untuk memeliharanya. (Mengatur) suhu di dalam gua,” kata Fadli, seraya menambahkan bahwa pengunjung gua juga harus dicegah agar tidak menyentuh lukisan-lukisan tersebut. (nsh)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles