Transisi energi hijau perlu investasi IDR 7.000T

Yogyakarta – Investasi pembangunan berkelanjutan untuk menuju transisi energi fosil ke energi hijau membutuhkan dana sekitar 500 USD atau Rp 7.176 triliun. Dukungan finansial tersebut bentuk komitmen menciptakan sumber energi zero carbon, mendukung terciptanya netral carbon atau net zero emission (NZE).

Demikian disampaikan Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan ujarnya dalam rilis seminar De-Dieselisasi sumber energi di Yogyakarta, Rabu (23/3). Lebih lanjut, menurutnya, untuk mendukung langkah pemerintah dalam mengembangkan energi hijau, upaya yang dilakukan oleh PLN saat ini adalah mengkonversi penggunaan energi fosil seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ke pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT).

“Kemudian akan ada tambahan kapasitas sekitar 200 Giga Watt (GW). Sebagian besar berasal dari energi terbarukan. Membutuhkan investasi tambahan 500 miliar USD,” ujarnya.

Sebagai informasi, PLN berencana mengonversi 499 Mega Watt (MW) PLTD ke pembangkit berbasis EBT. Dengan konversi pembangkit berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) itu, maka PLN akan mengurangi konsumsi BBM sebesar 67 ribu kilo liter (kl) penggunaan BBM.

Direktur Mega Proyek dan EBT PLN, Wiluyo Kusdwiharto menambahkan, saat ini pihaknya tengah fokus untuk mencapai beberapa target mengenai penggunaan energi terbarukan.

“Berdasarkan RUPTL yang berlaku saat ini, target pembangunan EBT PLN mencapai 51,6% atau sebesar 20,9 GW pembangkit baru EBT yang antara lain terdiri dari Hydro Power 10,4 GW, Geothermal Power 3.4 GW, Solar Power 4.7 GW dan EBT lainnya 2.5 GW,” terangnya.

Lebih lanjut, Darmawan meminta agar semua pihak ikut serta dalam menciptakan transisi ini. Ini juga dilakukan untuk mempercepat 23% bauran EBT pada 2025 mendatang. (Hartatik)

Sumber foto banner: Kanal Youtube PLN 

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles