Jakarta – Akibat polusi udara yang melanda Kawasan Jakarta Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) akhir-akhir ini meningkat, menurut catatan Kementerian Kesehatan.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu mengatakan bahwa kasus ISPA hingga 28 Agustus 2023 mencapai lebih dari 200.000 per bulan. Fakta tersebut disampaikannya dalam press briefing tentang “Penanganan Dampak Polusi Udara Bagi Kesehatan Masyarakat” di Jakarta. Maxi mengatakan, penanganan polusi udara tidak mungkin dilakukan sendiri oleh Kemenkes.
Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan rata-rata kasus di bulan Januari 2023 sebesar 100.000. Begitu pula meningkat dibandingkan kurang dari 100.000 kasus pada Januari 2021.
Kemenkes selama ini telah melakukan surveilans tiap minggu terkait dengan ISPA dan pneumonia di puskesmas maupun rumah sakit. Selain itu dilakukan pemantauan terkait kadar polutan PM2.5 di Jabodetabek. Pendeteksian kadar polutan PM2.5 juga dilakukan dengan kementerian lain terkait, salah satunya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Kita akan melakukan upaya penanganan kasus penyakit respirasi dan ISPA di Puskesmas, penanganan ISPA seperti apa dan juga penanganan pneumonia di rumah sakit, khusus Jabodetabek akan kita inventarisir,” imbuhnya.
Terkait penanganan polusi udara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi telah membentuk Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi udara dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/1625/2023 Tentang Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Dampak Polusi Udara, tanggal 14 Agustus 2023. (Hartatik)