Jakarta – Meski pemerintah menawarkan insentif bagi masyarakat yang ingin mengonversi motor konvensional atau berbahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik tapi program tersebut masih saja sepi peminat. Data Platform IT Konversi Motor Listrik dari Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM menyatakan 5.628 peserta yang mendaftar untuk melakukan konversi sepeda motor listrik, kurang lebih 2.069 peserta telah mengundurkan diri dengan berbagai alasan.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Yudo Dwinanda mengakui target konversi motor listrik bakal sulit tercapai. Pengunduran diri peserta dan juga rendahnya minat masyarakat terhadap konversi sepeda motor listrik ini disebabkan biaya yang dikeluarkan setelah mendapatkan bantuan pemerintah masih tergolong tinggi yakni Rp 8 juta /unit.
“Kita coba sosialisasikan dalam dua bulan, karena (peminatnya) masih kecil,” ungkap Yudo, dakam keterangan resmi, Jumat (15/9).
Menurutnya, pemerintah menargetkan 50 ribu unit motor dikonversi hingga Desember 2023. Untuk mencapai target itu, lanjutnya, akan diterapkan sistem swap battery. Dengan adanya sistem ini maka masyarakat tidak perlu membeli baterai dengan harga tinggi. Masyarakat yang ingin mengisi baterai motor listriknya yang habis, bisa menukarnya dengan baterai penuh yang telah tersedia di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).
“Metode ini memerlukan pengadaan SPBKLU di sejumlah titik strategis di wilayah Indonesia,” imbuhnya.
Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE) di bawah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian ESDM, telah melakukan kerja sama dengan PT PLN (Persero) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan (Pusharlis) untuk membangun SPBKLU di berbagai titik.
BBSP KEBTKE juga telah bekerja sama dengan True Digital Leader Global (TDL Global). Hingga saat ini telah tersedia suplai 20 ribu unit baterai di tahun 2023 dari Pabrik Technology With Spirit (TWS) Cina dan akan dilakukan relokasi produksi dari Cina ke Indonesia untuk suplai 100 ribu unit di tahun 2024.
“Indonesia masih membutuhkan teknologi serta investasi dalam jumlah tidak sedikit untuk bisa membangun ekosistem motor listrik berbasis baterai,” tukasnya. (Hartatik)