Proyeksi penggunaan biofuel 13,9 juta kiloliter di 2025, tumbuh 3% tiap tahun

Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan proyeksi penggunaan biofuel di Indonesia yang diproyeksikan mencapai 13,9 juta kiloliter (kl) pada tahun 2025. Direktur Bioenergi Kementerian ESDM, Edi Wibowo, mengungkapkan target tersebut di acara Seminar Tantangan Industri Bioenergi, Selasa, 27 Februari.

“Realisasi kami justru melebihi RUEN (Rencana Umum Energi Nasional), jadi kami harapkan 2025 demikian. Kalau 2024 kami tetapkan 13,1 juta kl, tapi alokasi sudah 13,4 juta kl,” ungkap Edi.

“Kalau dilihat target RUEN 2023 11,2 juta kl, (realisasi pemanfaatannya) melebihi dari target yakni penyaluran kita 12,2 juta kl,” tambahnya.

Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan penggunaan biofuel, dengan menetapkan target yang lebih tinggi dari yang tertulis dalam RUEN. Pada tahun 2024, Kementerian ESDM menetapkan alokasi sebesar 13,4 juta kl, mengindikasikan tren pertumbuhan 3 persen year-on-year (yoy).

Tingginya porsi bioenergi dalam bauran energi

Edi menyatakan keyakinannya bahwa target tersebut dapat tercapai, mengingat kontribusi bioenergi dalam bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) saat ini sudah cukup tinggi. Plt Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Jisman P Hutajulu mengungkapkan bahwa pada tahun 2023, kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional mencapai sekitar 13,2 persen.

“Bio energi memberikan kontribusi sekitar 7,7 persen atau sekitar 60 persen dari total bauran energi,” ungkap Jisman.

Dalam konteks ini, biodiesel telah memainkan peran kunci dengan penggunaannya yang signifikan untuk pasar domestik pada tahun 2023, mencapai 12,3 juta kiloliter. Menurut Jisman, dengan pencapaian ini, tidak hanya terjadi penghematan devisa negara yang signifikan, tetapi juga penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 132 juta ton CO2.

Namun, Edi menekankan bahwa alokasi biofuel tahun depan masih tergantung pada keputusan Direktorat Jenderal Migas Kementerian ESDM. Karena kebutuhan biofuel dapat berubah secara dinamis.

“Alokasi kan tergantung kebutuhan tahun depan, berapa kita dapat dari Ditjen Migas, baru nanti alokasi biodieselnya kita atur untuk biodiesel,” jelasnya. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles