Perusahaan Eropa investasi pengolahan sampah jadi energi bersih di Asia Tenggara

Jakarta – Indonesia menjadi salah satu negara tujuan investasi sejumlah perusahaan Eropa dalam pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy/WtE). Bahkan pada tingkat paling sederhana mereka berinvestasi pada pengembangan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) , dengan mengolah sampah yang tidak dapat didaur ulang menjadi energi listrik. Selama ini perusahaan Eropa dan Jepang telah lama mendominasi industri WtE.

Energymonitor.ai, sebuah situs web berita energi bersih, baru-baru ini, memperkirakan bahwa ada lebih dari 100 proyek limbah menjadi energi selesai atau sedang berlangsung di Filipina, Indonesia dan Thailand. Salah satunya, Allied Project Services perusahaan yang berbasis di Inggris memiliki proyek yang didukung pemerintah Denmark mendirikan pabrik pengolahan sampah menjadi energi di Semarang. Proyek di Chonburi, Thailand, didukung oleh perusahaan Prancis ENGIE dan Suez Environment.

Harvest Waste yang berbasis di Belanda, yang sebelumnya bernama Amsterdam Waste Environmental Consultancy and Technology, tahun lalu mulai melakukan studi awal untuk proyek limbah-ke-energi di provinsi Soc Trang, Delta Mekong, Vietnam, dengan perkiraan biaya 100 juta dolar atau bernilai 1,3 Miliar rupiah.

Pada tahun 2021, Harvest Waste juga memperoleh status pengusul awal untuk proposal pembangunan fasilitas di Cebu di Filipina, yang akan menjadi pabrik WtE paling canggih di Asia. Fasilitas ini akan menggunakan teknologi yang sama dengan fasilitas landmark di Amsterdam, yang dapat menghasilkan 900 kilowatt jam (kWh) listrik dari setiap ton sampah, menurut dokumen perusahaan.

Luuk Rietvelt, kepala wilayah Asia-Pasifik di Harvest Waste, menjelaskan kepada Deutsche Welle bahwa pasar Asia Tenggara sedang tumbuh karena ada pendanaan dari bank-bank pembangunan besar dan beberapa pemerintah di wilayah tersebut menawarkan insentif, termasuk feed-in tariff, untuk memacu investasi.

Di Eropa, sekitar 500 pabrik WtE saat ini beroperasi, menurut Konfederasi Pabrik Limbah-ke-Energi Eropa. Tetapi penyedia teknologi Eropa sekarang mencari pasar baru karena meningkatnya permintaan di tempat lain dan menampik peluang di dalam negeri, kata Janek Vahk, koordinator program iklim, energi, dan polusi udara di lembaga nirlaba Zero Waste Europe. (Hartatik)

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles