Pengembangan biodiesel butuh Rp33T per tahun, PTPN III optimis swasembada energi

Jakarta – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III merencanakan strategi besar untuk mendorong Indonesia mencapai swasembada energi melalui biodiesel. Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani mengungkapkan, bahwa untuk mencapai swasembada energi melalui biodiesel, Indonesia membutuhkan biaya hingga Rp33 triliun per tahun.

Menurutnya, program pengembangan biodiesel berbasis minyak kelapa sawit (CPO) dapat tercapai jika produksi kelapa sawit dalam negeri meningkat signifikan. Sebab pentingnya peningkatan produksi minyak kelapa sawit (CPO) sebagai kunci utama.

“Saat ini, produksi CPO Indonesia masih di kisaran 50 juta ton per tahun, sedangkan untuk memenuhi kebutuhan biodiesel, diperlukan sekitar 35 juta hingga 40 juta ton per tahun,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu, 26 Juni.

Ghani juga menyampaikan kekhawatirannya tentang penggunaan CPO yang berlebihan untuk biodiesel, yang dapat mengurangi ekspor CPO Indonesia. “Pemerintah selama ini memungut biaya ekspor CPO untuk insentif biodiesel dan pengembangan perkebunan sawit rakyat,” jelasnya.

Salah satu strategi penting yang diusulkan oleh Ghani adalah percepatan program peremajaan sawit rakyat (PSR). “Realisasi peremajaan sawit saat ini hanya sekitar 20.000 hingga 30.000 hektare per tahun, padahal yang perlu diremajakan mencapai 3 juta hektare. Jika tidak dipercepat, butuh waktu 150 tahun, tentu ini tidak mungkin,” katanya.

Pemerintah telah memutuskan untuk meningkatkan bantuan program PSR dari Rp30 juta menjadi Rp60 juta per hektare, langkah yang dianggap Ghani sangat tepat untuk menggenjot produksi sawit nasional.

“Untuk merealisasikan target PSR seluas 550.000 hektare per tahun, BPDPKS perlu menganggarkan dana sekitar Rp33 triliun dari pungutan ekspor,” tambahnya.

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR-RI dari Fraksi Partai Demokrat, Muslim, juga mengakui bahwa alokasi dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk peremajaan sawit rakyat masih minim.

“Dana BPDPKS selama ini lebih banyak digunakan untuk insentif program biodiesel, sementara peremajaan kebun sawit petani sangat mendesak,” ungkapnya.

Muslim menambahkan, saat ini yang menikmati dana BPDPKS adalah para konglomerat dan pengusaha besar, sementara jatah untuk petani sangat sedikit. Ia menekankan pentingnya mengalokasikan dana yang lebih besar untuk peremajaan sawit rakyat agar produksi CPO dapat meningkat hingga 60-70 juta ton per tahun.

Dengan strategi yang tepat dan dukungan pemerintah serta DPR, Indonesia diharapkan dapat mencapai swasembada energi melalui biodiesel. Langkah ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit.

Keberhasilan program ini akan membawa Indonesia lebih dekat ke target energi ramah lingkungan dan memperkuat posisi negara sebagai produsen biodiesel terbesar di dunia.

“Kami optimis bahwa dengan percepatan program peremajaan sawit dan dukungan yang kuat, Indonesia dapat mencapai swasembada energi dan mengurangi emisi karbon secara signifikan,” pungkas Ghani. (Hartatik)

Foto banner: shutterstock.com

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles