Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa pengembangan industri hijau akan diarahkan ke Papua, karena besarnya potensi energi baru terbarukan (EBT) yang mencapai lebih dari 300 Giga Watt (GW).
Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Perencanaan Strategis ESDM Yudo Dwinanda Priaadi, selain mengembangkan industri hijau di Kalimantan, potensi EBT di Papua mencapai 381 GW. “Potensi energi baru terbarukan di Papua didominasi terutama energi surya dan hidro yang dapat menjadi modal pengembangan berbasis energi hijau,” ujar Yudo dalam keterangan resmi.
Meski begitu, lanjutnya, rencana pengembangan industri hijau di Papua belum akan dilaksanakan dalam waktu dekat, karena rendahnya konsumsi listrik di Papua saat ini. “Jika ingin meningkatkan konsumsi di suatu wilayah harapannya porsi industri dan komersial bisa meningkat, kalau mengandalkan perumahan saja tidak akan signifikan,” imbuhnya.
Sementara itu, melansir keterangan di laman resmi Pemerintah Papua di 2022, Australia sudah menjajaki kerja sama dengan Provinsi Papua untuk mengembangkan potensi energi hidrogen dan amonia sebagai bahan bakar masa depan, di Kabupaten Deiyai.
Dinas ESDM Papua juga mengembangkan pemanfaatan sumber energi baru terbarukan di Sungai Baliem, Kabupaten Jayawijaya untuk mendorong Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala Industri. Saat ini pembangunan PLTA di Jayawijaya masih dalam tahap penelitian, namun diperkirakan pemanfaatan sumber energi ini dapat menghasilkan listrik berkapasitas 50 MW hingga 100 MW.
Pemerintah Papua juga mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) pada 24 kampung di Kabupaten Tolikara, Yahukimo dan Waropen. (Hartatik)