Masih dominasi sektor energi fosil, China ingin perkuat kemitraan EBT di Indonesia

Jakarta – Investasi China di Indonesia dalam kurun waktu 2006 hingga 2022 mencapai USD 35 miliar, seperempatnya disalurkan ke sektor energi. Namun 86 persen dari jumlah itu masih dialokasikan untuk industri energi berbahan bakar fosil. Hal ini terungkap saat dialog menandai ulang tahun satu dekade pengumuman Belt and Road Initiative (BRI) bersamaan kemitraan strategis komprehensif antara Tiongkok dan Indonesia.

Dialog tersebut diselenggarakan pada awal Oktober, atas kerjasama Kemenko Marves, Institute for Essential Services Reform (IESR), lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional di bidang hukum lingkungan, ClientEarth, serta BRIGDC yang merupakan platform dialog kebijakan dan komunikasi yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan di Tiongkok. Dialog ini dilakukan untuk memahami perkembangan Indonesia dan Tiongkok khususnya di bidang energi berkelanjutan dan industri manufakturnya.

Diskusi tersebut membahas tentang memperkuat kemitraan energi baru terbarukan (EBT) tingkat tinggi antara China dan Indonesia melalui pengembangan strategi jangka panjang bersama, menyelesaikan perjanjian bilateral, eksplorasi mekanisme inovatif dan struktur pembiayaan untuk meningkatkan jalur proyek hijau dan zona percontohan BRI serta proyek percontohan, serta memperdalam pertukaran dan mengeksplorasi integrasi lebih lanjut dengan strategi regional ASEAN.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa mengatakan, terdapat peluang investasi yang sangat besar antara Indonesia dan China untuk mempercepat transisi hijau dan rendah karbon pada sistem energi Indonesia.

“Apalagi Presiden Xi Jinping pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76, mengumumkan bahwa China akan meningkatkan dukungan bagi negara-negara berkembang lainnya dalam mengembangkan energi ramah lingkungan dan rendah karbon, serta tidak akan membangun proyek-proyek pembangkit listrik tenaga batubara di luar negeri,” ungkap Fabby.

Selain itu, salah satu dari lima proposal yang dibuat Presiden Xi Jinping pada peringatan 30 Tahun Hubungan Dialog China-ASEAN adalah bersama-sama mempromosikan transisi energi regional, mendiskusikan pendirian pusat kerja sama energi bersih China-ASEAN, dan meningkatkan pembagian teknologi dalam energi terbarukan. Lalu mengintensifkan kerja sama dalam keuangan dan investasi hijau untuk mendukung pembangunan rendah karbon dan pembangunan berkelanjutan di tingkat regional. (Hartatik)

Foto banner: Kereta Cepat Indonesia (Whoosh), proyek unggulan di bawah kerja sama Belt and Road Initiative. 26 September 2023. Ahmad Dwi Cahyadi/shutterstock.com

Like this article? share it

More Post

Receive the latest news

Subscribe To Our Weekly Newsletter

Get notified about new articles