Jakarta – Laporan terbaru “Global Electricity Review 2024” yang dirilis oleh EMBER, mengungkapkan bahwa pada tahun 2022, Indonesia hanya sekitar 20 persen dari total listrik yang dihasilkan berasal dari sumber energi terbarukan, jauh dibelakang tren global yang melampaui 30 persen secara global pada tahun 2023
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa sejak tahun 2000, listrik berbasis energi terbarukan di dunia telah meningkat dari 19 persen menjadi lebih dari 30 persen.
“Pertumbuhan energi terbarukan kini telah mencapai titik signifikan di panggung global, namun, Indonesia harus meningkatkan upayanya agar tidak tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Vietnam dan India,” ungkap Aditya Lolla, Direktur Program Asia di EMBER, Senin, 13 Mei.
Menurut data dari laporan tersebut, pembangkitan listrik dari sumber tenaga surya dan angin di Indonesia hanya menyumbang 0,2 persen pada tahun 2022. Sementara itu, negara-negara seperti Vietnam telah mencapai 13 persen listrik dari sumber yang sama pada tahun 2023.
“Indonesia harus segera bertindak. Perusahaan dan investor semakin menuntut akses ke energi bersih, dan Indonesia harus memperkuat infrastruktur dan kebijakan yang mendukung pertumbuhan energi terbarukan,” tambah Putra Adhiguna, Managing Director Energy Shift Institute.
Sementara tenaga surya menjadi sumber pertumbuhan utama listrik di seluruh dunia, dengan kontribusi lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan batubara pada tahun 2023, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalannya dalam bidang ini.
Laporan EMBER juga menggarisbawahi pentingnya langkah-langkah agresif dalam mendukung energi terbarukan. Ambisi kebijakan tingkat tinggi, insentif yang efektif, dan solusi fleksibilitas menjadi kunci dalam mempercepat pertumbuhan tenaga surya dan angin, seperti yang telah terjadi di negara-negara seperti Tiongkok, Brasil, dan Belanda.
Sebagai negara dengan potensi energi terbarukan yang melimpah, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin dalam transisi menuju energi bersih. Namun, hal ini membutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah dan sektor swasta untuk menggandeng langkah-langkah yang lebih agresif dalam mempercepat penggunaan energi terbarukan. (Hartatik)