Jakarta – Meskipun cadangan minyak Indonesia diperkirakan hanya tersisa selama sembilan tahun, pemerintah menyatakan tetap optimistis menyiasati keterbatasan tersebut dengan memprioritaskan investasi dan pengembangan sumber energi terbarukan.
Menurut Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto, kondisi cadangan minyak yang terus menipis menjadi tantangan serius. Namun pihaknya yakin bahwa fokus pada energi terbarukan dapat menjadi solusi jangka panjang.
Djoko Siswanto mengungkapkan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu, dan tanpa penemuan cadangan baru, diperkirakan akan habis kurang dari satu dekade.
“Kita belum menemukan cadangan minyak bumi yang cukup besar lagi, dan kalau hari ini tidak ada tambahan atau temuan baru, ya cadangan saat ini akan habis sembilan tahun lagi,” ujar Djoko dalam keterangan resmi.
Ditegaskannya bahwa langkah-langkah strategis sedang diambil untuk memitigasi dampak keterbatasan ini. Pemerintah kini menekankan pentingnya berpindah ke sumber energi terbarukan sebagai langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi.
Program-program investasi dan penelitian di bidang energi terbarukan diharapkan dapat mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh cadangan minyak yang semakin menipis.
“Kami yakin bahwa dengan fokus pada energi terbarukan, Indonesia dapat mencapai kemandirian energi dan melibatkan berbagai pihak dalam upaya menciptakan masa depan energi yang berkelanjutan,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan data Outlook Energi Indonesia 2023, total cadangan minyak bumi pada tahun 2021 mencapai 3,9 miliar barel. Lalu pada 2022 mencapai 4,2 miliar barel.
Adapun cadangan minyak terbukti terbanyak berada di Sumatera bagian tengah sekitar 563 ribu barel, diikuti Jawa Timur sebanyak 435 ribu barel, dan Sumatera Bagian Selatan dengan 382 ribu barel. Sisanya tersebar di berbagai daerah seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. (Hartatik)
Foto banner: Pertamina