Jakarta – Lembaga advokasi energi berkelanjutan 350.org menilai gagasan salah satu calon wakil presiden (cawapres) mengenai energi dapat mengancam keberlanjutan transisi energi berkeadilan.
Indonesia Team Lead Interim 350.org Firdaus Cahyadi menganggap gagasan energi cawapres Gibran Rakabuming Raka sebagai yang paling berbahaya dalam konteks transisi energi di masa mendatang.
Dalam penilaiannya, Firdaus menekankan bahwa dalam dua kali debat, Gibran secara konsisten mempromosikan Carbon Capture Storage (CCS). Menurutnya, CCS dianggap sebagai solusi palsu dalam transisi energi karena berpotensi memperpanjang ketergantungan pada energi fosil dan menghambat pengembangan energi terbarukan.
Selain itu, Firdaus merinci bahwa laporan dari Panel Antar-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC) juga menyatakan bahwa kemampuan CCS dalam memberikan pengurangan emisi yang signifikan dalam dekade mendatang sangatlah rendah, sementara biayanya sangat tinggi.
“Dengan biaya yang tinggi itu, harusnya investasinya langsung diarahkan ke pengembangan energi terbarukan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis.
Lebih lanjut, Firdaus menekankan urgensi mengalokasikan sumber daya untuk teknologi yang mendukung transisi energi yang lebih berkelanjutan.
Gagasan energi lainnya dari cawapres Gibran yang dipertanyakan terkait keberlanjutan transisi energi berkeadilan adalah pengembangan energi hijau berbasis sawit. Firdaus menekankan bahwa pelaksanaan program ini secara ugal-ugalan dapat menyebabkan alih fungsi hutan menjadi perkebunan skala besar, yang pada gilirannya meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Lebih lanjut, ekspansi sawit yang tidak terkendali berpotensi menimbulkan konflik agraria dengan masyarakat adat dan lokal, mengancam prinsip keadilan dalam transisi energi, meskipun program tersebut disematkan dengan label “hijau”.
“Kita semua tidak ingin agenda transisi energi berkeadilan di Indonesia berantakan hanya karena program energi hijau dan CCS dari Prabowo-Gibran,” tegas Firdaus Cahyadi, mendesak pasangan tim Prabowo-Gibran untuk merevisi program energi hijau mereka.
Ia menilai bahwa keberlanjutan transisi energi yang berkeadilan harus menjadi prioritas utama, dan penggunaan CCS serta program energi hijau berbasis sawit harus dievaluasi lebih lanjut agar tidak merugikan tujuan tersebut. (Hartatik)